cover
Contact Name
Anisa Anisa
Contact Email
anisa@ftumj.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.nalars@ftumj.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
NALARs
ISSN : 14123266     EISSN : 25496832     DOI : -
Core Subject : Engineering,
NALARs is an architecture journal which presents articles based on architectural research in micro, mezo and macro. Published articles cover all subjects as follow: architectural behaviour, space and place, traditional architecture, digital architecture, urban planning and urban design, building technology and building science.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue " Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010" : 6 Documents clear
VARIASI POLA DESA-DESA TRADISIONAL DI KOTANOPAN, MANDAILING NATAL Nuraini, Cut
Nalars Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Permukiman penduduk di Mandailing terdiri atas beberapa desa yang letaknya tersebar di wilayah Mandailing Julu dan Mandailing Godang. Desa-desa tersebut pada awalnya merupakan huta adat yang dalam perkembangan selanjutnya disebut desa. Pola hidup yang menetap sudah lama ada di Mandailing sejak bermukimnya orang-orang yang pertama datang ke daerah ini. Dengan adanya pola hidup menetap, maka terbentuklah kampung-kampung (perkampungan) yang disebut huta.  Desa-desa yang terdapat di Kotanopan Mandailing dewasa ini secara tidak langsung telah mempengaruhi perencanaan dan pengembangan wilayah setempat. Fenomena ini semakin diperkuat dengan adanya kenyataan bahwa sebagian besar wilayah pedesaan di Mandailing selalu didominasi oleh keberadaan alaman bolak selangseutang (halaman luas di depan rumah raja sebagai penanda bahwa desa tersebut telah melakukan proses adat) Pembahasan ini menjelaskan bahwa berdasarkan status letaknya, desa-desa di Kotanopan merupakan desa pedesaan, sedangkan berdasarkan mata pencahariannya, desa-desa tersebut terkategori dalam kelompok desa-desa pertanian dan desa-desa tambak. Jika ditinjau berdasarkan nilai sosial, desa-desa ini memiliki dua karakter, yaitu desa-desa yang berorientasi kultural dan sekaligus juga desa-desa yang berorientasi agama dan kepercayaan. Bentuk desa berdasarkan tiga kelompok, yaitu (1) Orientasi Rumah : merupakan bentuk desa dengan letak rumah-rumah yang membentuk kelompok terpusat (konsentris); (2) Aspek Fisiografis : merupakan desa lembah/ pegunungan dan (3) Aspek Non-Fisiografis : merupakan desa sepanjang jalan raya. Sedangkan Pola desa-desanya memiliki ciri linier dan radial.  Kata Kunci : Kawasan Permukiman, Huta, Konsentris, Linier, Radial  ABSTRACT. People Settlement in Mandailing consist of some villages that distribute on Mandailing Julu and Mandailing Godang district. In the beginning, those villages has been tradition huta expand to be a village in the future. Living to reside have been exist in Mandailing since those residence people came first in this region. With living to reside, so they have been created kampong-kampong as called huta.  The Villages in Kotanopan, Mandailing has effected the planning as well as the development of the region. This phenomenon has been strengthening by the fact that mostly on the village areas in Mandailing have been dominated by the existence of alaman bolak selangseutang (Wide yard in front of King House as symbolize that the village has been done the tradition proses). The discussion has tried to explain and describe that according to setting statue the villages in Kotanopan has been traditional village and according to people job the villages has been categoried in farm and lake villages. According to social value, the villages has been two caracter namely cultural oriented villages and religion oriented villages. The form of villages which has been delivered by 3 groups, namely (1) Houses Orientation : are villages form which have consentris house setting, (20 Fisiografis Aspect : are valley villages/ mountain villages and (3) Non-Fisiografis Aspect : are village along the main street. The pattern of Mandailing Villages has been linier and radial caracter.  Keywords:  Regional Settlement, Huta, Concentris, Linier and Radial
TIPOLOGI PROSES MERUMAH DAN MAKNA RUMAH DI ATAS TANAH GARAPAN Studi kasus Permukiman di Kapuk Muara Wahyuni, Agustina Eka
Nalars Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Kapuk Muara adalah daerah permukiman di tepi Muara Angke yang telah ada sejak 50 tahun yang lalu. Permukiman di tepi Muara Angke yang berstatus tanah pemerintah. Pemerintah daerah menyebutnya dengan tanah garapan. Beberapa rumah mereka adalah rumah-rumah komersial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tipe proses merumah di Kapuk Muara dan melihat makna rumah. Untuk mencapat tujuan tersebut digunakan pendekatan penelitian naturalistik dengan metode deskriptif-kualitatif. Kesimpulan dari penelitian status tanah garapan berbeda antara penggarap dengan pendatang, dan sangat dipengaruhi proses merumaah. Proses tersebut terjadi sebagai respon dari situasi yang terjadi. Bagi pendatang, selain rumah masih bernilai ekonomis status tanah dan situasi lingkungan bukan masalah yang penting. Bagi penggarap proses merumah di Kapuk Muara akan terus berjalan karena mereka mempunyai hubungan dengan tanah yang mereka kerjakan atau mereka buka. Maka itulah tujuan mereka untuk memperbaiki kondisi rumah. Kata kunci : rumah, proses merumah, tanah garapan, makna ABSTRACT. Kapuk Muara is a settlement area of town residing in edge Muara Angke and has been more than 50 years. Settlement by the side of Muara Angke lies on goverment land status. Local resident conceive this as tanah garapan. Many of their houses are commercial house. This research aims to know types of housing process in Kapuk Muara and look for the meaning of house. To reach this target hence approach of this research to be used is naturalistic with method of qualitative-descriptive. Conclusion of this research of tanah garapan status comprehended to differ between penggarap aand arrival, and very influencing to housing process. The process expands as a response to situation that happened. For arrival, during house still valuable economically hence land status and situation of environment is not an importaant matter. For penggarap, housing process in Kapuk Muara will be still going on because they have strong relationship with land which they worked on or open, so that all their efforts are for improvement of house condition Keywords : house, housing process, tanah garapan, meaning
KOSMOLOGI RUANG KELUARGA RUMAH TRADISIONAL MELAYU PONTIANAK DITINJAU DARI PERSPEKTIF KEPRIBADIAN DAN KEBUDAYAAN Zain, Zairin
Nalars Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Kegiatan penyebaran agama Islam di Indonesia merupakan hal yang sangat penting bagi sejarah pertumbuhan kota dan kebudayaan Melayu Pontianak. Pengamatan terhadap rumah tradisional Melayu Pontianak, terlihat bahwa masyarakat memberikan perhatian yang besar terhadap ruang keluarga baik mengenai luas maupun hal-hal khusus untuk memberikan kenyamanan yang dikaitkan dengan agama Islam yang mereka anut. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran sebuah ruang keluarga bagi masyarakat Melayu Pontianak ditinjau dari perspektif kepribadian dan kebudayaan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya serta hubungan keduanya terhadap tinjauan teori kosmologi.  Dari hasil pembahasan diketahui bahwa adat istiadat dan pandangan hidup Melayu Pontianak dipengaruhi hukum syara’ Islam, hal ini juga mempengaruhi kehidupan sosial-budaya, cara hidup dan aktivitas masyarakat yang diwujudkan dalam bentuk ruang. Norma-norma Islam sebagai wujud kebudayaan yang mengatur hubungan manusia dengan manusia (Hablumminannas) dan hubungan manusia dengan Sang Khalik (Hablumminallah) melekat sebagai kepribadian menjadi acuan segala tindak-tanduk Masyarakat Melayu Pontianak diterapkan dalam pengunaan ruang di rumah tradisional Melayu Pontianak agar aktivitas yang dilakukan tidak melanggar norma sehingga terjadi keseimbangan antara dunia dan akhirat. Kata Kunci :  Ruang Keluarga, Rumah Tradisional Melayu Pontianak, Kosmologi, Norma Islam
KONSEP RUANG TERBUKA SEBAGAI ELEMEN ARSITEKTUR KOTA Purwantiasning, Ari Widyati
Nalars Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Tulisan ini akan memaparkan tentang bagaimana konsep ruang terbuka diaplikasikan dalam perencanaan sehingga fungsinya sebagai elemen arsitektur kota dapat terasa keberadaannya. Ruang terbuka sebagai elemen arsitektur kota mempunyai beberapa fungsi dari mulai fungsi sosial, kultural maupun ekonomi. Beberapa dampak akibat pergeseran fungsi terbuka juga dirasakan, dari mulai beralihnya fungsi pedestrian menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima, sampai dengan menjadi jalur sirkulasi kendaraan bermotor.   Kata kunci: ruang terbuka, elemen arsitektur  ABSTRACT. This paper will explain about how extend to which an open space will be applied in planning, thus its function as architecture element of city will be existed. Open spaces as architecture element of city have some functions from social, cultural, and economic function. Some effects have been determined from transformation of open spaces, for example the function of pedestrian as public market, as well as the change of pedestrian function to sirculation for vehicle.     Keywords: open space, architecture element
“ The most common causes of project failure lie in the project environment ”. Discuss the extent to which you agree with this statement Whittingham, Neil
Nalars Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In recent decades the interest in the academic study of projects and their management has grown considerably. Theorists have conceptualised people’s endeavours in order to provide a clearer understanding of processes, systems and relationships involved. Research into scoping, design, implementation and the outcomes and values of products and services, once a project is considered complete or has terminated, can provide insights to help inform the better management of projects in the future, through grasping what have been key factors in the success or failure of particular projects. Examples in the academic, project management literature can range from the consideration of projects in the slums of a developing country to organising a flight to another planet ( Viratkapan and Prerera, 2006; Sauser et al, 2009 ). The evolving field of study aims for both the development of general concepts that can be applied to many walks of life, and also insights that relate to particular types of circumstances. Sauser (2009) considers that the evolving research of project management has been more focussed on success factors rather than analysis of failure and potential solutions. Despite this, to reflect on whether the most common causes of project failure lie in the project environment, this essay is in three basic sections. Firstly, an outline is given of how project failure and the project environment can be conceived. Secondly, there is a review of discoveries from the governmental and academic literature that aims to point out the reasons for project failure. This is followed by a critical reflection on the literature, and consideration of who judges the quality of project outcomes and how they do it, to bring the essay to a conclusion.
APLIKASI PARADIGMA NATURALISTIK FENOMENOLOGI DALAM PENELITIAN ARSITEKTUR Anisa, Anisa
Nalars Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Ada tiga macam paradigma keilmuan yang lazim digunakan dalam penelitian. Ketiga paradigma tersebut adalah positivisme, rasionalisme dan fenomenologi. (Muhadjir, 1989). Penelitian dengan paradigma fenomenologi menuntun peneliti untuk terjun ke lapangan tanpa berbekal kerangka teori yang kuat sehingga memberikan peluang terjadinya perkembangan topik kajian selama penelitian di lapangan berlangsung.  Penelitian arsitektur dengan paradigma fenomenologi bisa dilakukan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dalam sebuah penelitian. Fenomenologi memungkinkan sebuah penelitian berada tetap dalam konteks naturalnya serta tidak bertujuan untuk membuat generalisasi. Teori-teori lokal akan dimunculkan dari penelitian dengan paradigma fenomenologi tersebut. Kata kunci : paradigma, fenomenologi, penelitian arsitektur

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2010 2010


Filter By Issues
All Issue Vol 22, No 2 (2023): NALARs Volume 22 Nomor 2 Juli 2023 Vol 22, No 1 (2023): NALARs Volume 22 Nomor 1 Januari 2023 Vol 21, No 2 (2022): NALARs Volume 21 Nomor 2 Juli 2022 Vol 21, No 1 (2022): NALARs Volume 21 Nomor 1 Januari 2022 Vol 20, No 2 (2021): NALARs Volume 20 Nomor 2 Juli 2021 Vol 20, No 1 (2021): NALARs Volume 20 Nomor 1 Januari 2021 Vol 19, No 2 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 2 Juli 2020 Vol 19, No 1 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 1 Januari 2020 Vol 18, No 2 (2019): NALARs Volume 18 Nomor 2 Juli 2019 Vol 18, No 1 (2019): NALARs Volume 18 Nomor 1 Januari 2019 Vol 17, No 2 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 2 Juli 2018 Vol 17, No 1 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 1 Januari 2018 Vol 16, No 2 (2017): NALARs Volume 16 Nomor 2 Juli 2017 Vol 16, No 1 (2017): NALARs Vol 16 No 1 Januari 2017 Vol 15, No 2 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 2 Juli 2016 Vol 15, No 2 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 2 Juli 2016 Vol 15, No 1 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 1 Januari 2016 Vol 15, No 1 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 1 Januari 2016 Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015 Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015 Vol 14, No 1 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 1 Januari 2015 Vol 14, No 1 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 1 Januari 2015 Vol 13, No 2 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 2 Juli 2014 Vol 13, No 2 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 2 Juli 2014 Vol 13, No 1 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 1 Januari 2014 Vol 13, No 1 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 1 Januari 2014 Vol 13, No 2 (2014): Jurnal Arsitektur NALARs Volume 13 Nomor 2 Vol 12, No 2 (2013): Nalars Volume 12 Nomor 2 Juli 2013 Vol 12, No 2 (2013): Nalars Volume 12 Nomor 2 Juli 2013 Vol 12, No 1 (2013): NALARs Volume 12 Nomor 1 Januari 2013 Vol 12, No 1 (2013): NALARs Volume 12 Nomor 1 Januari 2013 Vol 11, No 2 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 2 Juli 2012 Vol 11, No 2 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 2 Juli 2012 Vol 11, No 1 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 1 Januari 2012 Vol 11, No 1 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 1 Januari 2012 Vol 10, No 2 (2011): NaLARs Volume 10 Nomor 2 Juli 2011 Vol 10, No 2 (2011): NaLARs Volume 10 Nomor 2 Juli 2011 Vol 10, No 1 (2011): NALARs Volume 10 Nomor 1 Januari 2011 Vol 10, No 1 (2011): NALARs Volume 10 Nomor 1 Januari 2011 Vol 9, No 2 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 2 Juli 2010 Vol 9, No 2 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 2 Juli 2010 Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010 Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010 Vol 8, No 2 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 2 Juli 2009 Vol 8, No 2 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 2 Juli 2009 Vol 8, No 1 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 1 Januari 2009 Vol 8, No 1 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 1 Januari 2009 More Issue